PINRANG, BestNews19.com – Tak ada ceria di wajahnya, apalagi tawa dan canda, seperti bocah seusianya yang merengek manja pada mamanya. Hariani hanya bisa dipangku, sambil menggerakkan bola matanya, seolah ingin menikmati indahnya dunia anak, yang dirasakan oleh anak anak seumurannya.
Jantung Hariani bayi berusia 13 bulan, diagnosa mengalami kebocoran semenjak lahir, oleh dokter, dan kian parah saat usianya memasuki 1 tahun. Untuk menyelamatkan jiwanya, warga kampung Baru II kelurahan Tiroang kecamatan Tiroang kabupaten Pinrang ini, harus menjalani operasi di Jakarta, dengan biaya selangit.
Ayah Hariani, Malik mengatakan, sejak putri ketiganya diagnosa menderita jantung bocor, Ia dan istrinya bolak balik ke Rumah Sakit Wahidin Sudiro Husodo, untuk memeriksakan kondisinya. “Dulu setiap minggu kami ke RS Wahidin Sudiro Husodo Makassar untuk berobat “. Kata dia, saat BestNews19.com bertandang di kediamannya Rabu (26/06/2019).
Tapi saat ini kata dia, intensitas pemeriksaan terpaksa dikurangi hanya sekali dalam sebulan, karena keterbatasan biaya, namun setiap minggu tetap harus ke rumah sakit untuk mengganti selang yang terpasang ditubuh Hariani, di rumah sakit yang ada di Pinrang. “Untuk sekali ke RS Wahidin Sudiro Husodo Makassar , Setidaknya kami mengeluarkan Rp.1 juta, itu baru biaya transportasi dan keperluan Hariani, belum lagi jika harus membeli obat “.
Mobil angkutan Barang Pinrang-Toraja yang menjadi sumber penghasilannya pun melayang terjual berikut sejumlah petak tanah warisan dari orang tuanya, untuk biaya pengobatan Hariani, sehingga saat ini, terpaksa menumpang di tanah milik orang lain. “Kami bekerja serabutan, mengumpulkan Rupiah demi Rupiah untuk membiayai pengobatan putri kami “.
Saat ini, kata dia, dirinya tidak tahu harus berbuat apalagi, agar mendapatkan recehan untuk biaya perawatan, karena kondisi putrinya yang kian parah dan harus segera menjalani operasi. “Kondisi ini, membuat saya, tidak bisa meninggalkan rumah untuk mencari nafkah “.
Hariani menurut dia, hampir setiap saat rewel dipangkuan ibunya, membuat dirinya dan istrinya semakin khawatir, dan bingung. ” Menurut Dokter, biaya operasinya mencapai Rp.220 juta, dan harus segera di operasi di Jakarta, karena di Makassar belum ada operasi jantung “.
Informasi yang dihimpun, Hariani lahir secara prematur, dengan berat badan 1,4 kilogram dan sempat mendapatkan perawatan di inkubator rumah sakit selama 2 bulan.
Erma, ibunda Hariani mengatakan, sejak lahir, putrinya tidak pernah menyusu Air Susu Ibu (ASI) secara langsung. ” Dulu, ASI harus diperas dan di masukan ke dot untuk diminum Hariani “.
Tapi sekarang kata dia, sejak penyakit yang diderita putrinya, mengalami komplikasi, Susu yang diberikan harus menggunakan Spoit (Alat suntik). ” Susunya dimasukan ke Spoit, dan disuntikkan melalui selang yang terpasang ditubuh Hariani “.
Warga Kampung Baru, Diaz mengaku belum pernah mendengar, adanya uluran tangan Pemerintah untuk meringankan beban yang diderita Hariani. ” Boro boro memberikan bantuan, mengunjungi Hariani saja belum ada “.
Biasanya kata dia, uluran tangan untuk Hariani datang dari kerabat dan warga setempat ” Itupun tidak seberapa, hanya cukup untuk membeli susu Hariani “.
Harapan Hariani belumlah pupus, ceria dan tawanya bisa merekah seperti anak seusianya, menikmati indahnya dunia anak, berjingkrat dan berlari mengejar kupu kupu bersama anak lain. Melihat matahari terbit dan terbenang diufuk barat. Menikmati indahnya cahaya purnama di malam hari, jika kita, dia, dan siapapun terketuk untuk membantu meringankan beban yang diderita.
Recehan di dompet mungkin tidak terlalu berarti bagi kita, tapi sangat bermamfaat untuk Hariani. Jika bukan kita, siapa lagi, jika bukan sekarang kapan lagi. Hariani menanti uluran tangan kita (Dia).