MAKASSAR, BESTNEWS — Jajaran akademika Universitas Indonesia Timur (UIT) Makassar tengah bersiap memasuki babak penting dalam sejarah kepemimpinan kampus. Ditengah dinamika menuju pemilihan rektor baru, satu nama mencuat kuat sebagai figur yang dinilai paling mumpuni: Dr. Patawari, S.HI., M.H.
Sosok akademisi kharismatik kelahiran Bone, 15 Mei 1981 ini, bukan sekadar pengajar. Ia adalah arsitek perjalanan intelektual yang menghabiskan lebih dari satu dekade hidupnya untuk menanamkan nilai integritas, kualitas, dan disiplin di lingkungan UIT Makassar.
Perjalanan akademiknya solid dan teruji. Jejak pendidikan mulai dari MIS 64 Berru Teko hingga bersinar di kampus besar Sulawesi Selatan, yakni UIN Alauddin Makassar untuk studi Hukum Islam, kemudian mengokohkan ilmu konstitusinya melalui Magister dan Doktor Ilmu Hukum di Universitas Hasanuddin—alma mater yang melahirkan banyak pemimpin bangsa.
Kini, ia menjabat sebagai Dosen Magister Hukum UIT, sekaligus menjadi poros strategis akademik di kampus tersebut.
Namun yang menarik, bukan hanya pendidikannya. Rekam jejak kepemimpinannya begitu berlapis dan matang:
Ketua Prodi Hukum S1 (2010)
Wakil Dekan Bidang Akademik (2013)
Wakil Dekan II (2016)
Asisten Direktur Pascasarjana UIT (2018–2022)
Ketua Senat Fakultas Hukum (2020–sekarang)
Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum (2019–sekarang)
Perjalanan panjang itu membentuknya sebagai figur yang tidak sekadar memahami teori manajemen perguruan tinggi—tetapi menyelami nadi dan denyut organisasi akademik UIT dari hulu hingga hilir.
“Perguruan tinggi harus menjadi pusat inovasi dan nilai keilmuan yang menebar manfaat bagi masyarakat,” tegasnya dalam sebuah forum ilmiah, menyiratkan visinya yang jauh ke depan.
Dikenal rendah hati namun tegas dalam prinsip, Dr. Patawari bukan tipe pemimpin yang hanya hadir secara formalitas. Ia berada di garis terdepan membimbing mahasiswa, mengawal riset, serta memastikan budaya akademik berjalan elegan dan penuh martabat.
Kini, saat UIT Makassar bersiap memilih nahkoda baru, nama Dr. Patawari disebut banyak pihak sebagai figur transformasional — akademisi dengan kredibilitas tinggi, integritas tak tergoyahkan, serta karakter visioner yang dinilai mampu membawa UIT memasuki fase baru modernisasi dan reputasi.
Di tengah harapan sivitas dan dinamika internal kampus, satu pertanyaan besar menggema:
Akankah era baru kepemimpinan UIT dipimpin oleh sosok yang telah tumbuh dari dalam, memahami DNA institusi, dan siap membawa perubahan nyata?
Semua mata kini tertuju pada momentum bersejarah itu — dan nama Dr. Patawari kian bergema sebagai kandidat dengan karisma intelektual, ketegasan moral, dan rekam jejak pengabdian tanpa jeda.
UIT bersiap menulis babak baru.
Dan publik akademik menanti — siapa yang akan menjadi lokomotif kemajuan kampus ini ke puncak kejayaan?












